Selasa, 29 Oktober 2013

KALEIDOSCOPE


Tiga tahun lalu, aku baru menjadi mahasiswa. Tergabung sebagai kaum intelektual, katanya. Meskipun pada kenyataannya aku hanya seorang biasa yang senang bercengkrama dengan sesama bukan menjadi aktivis muda yang  suka dipuja. Aku lebih suka diskusi meskipun bicara soal harga terasi daripada berlagak untuk orasi.
                                                                        ***
Di selasar Fakultas Ilmu Sosial UNJ. Aku pertama kali melihatmu, sesosok lelaki sederhana berambut gondrong sebahu, berkacamata, berperingai diam nampaknya tak suka bercerita. Tidak angkuh. Hanya jarang tertawa. Belakangan baru kuketahui, kita dalam satu jurusan dan program studi yang sama.
                                                                        ***
Di kelas mata kuliah sejarah Afrika. Kita ditakdirkan  untuk satu semester bersama meskipun disaat itu kita angkatan yang berbeda, aku satu tahun lebih muda dari usia mu yang lebih tua. Ku lihat di daftar absen mahasiswa ternyata namamu Miftahul Huda. Sorenya, ku cari namamu di dunia maya. Yang kemudian menjadi tempat kita saling menyapa .
                                                                        ***
Aku ingat tempat pertama kali aku kencan dengan dirimu. Bukan di ruang tamu. Tapi di toko buku tempat gudangnya ilmu. Setelah itu kita ngopi tapi bukan karena dijamu sebagai tamu, tapi di kedai starbucks aku ditraktir olehmu. Kita mengobrol tanpa jemu. Ternyata aku sadar, aku suka melihat matamu. Diam-diam aku jatuh cinta padamu.
                                                                        ***
Setelah pulang kuliah. Hari itu, hari Jumat. Hari yang buat aku semangat. Karena kau bilang ingin lebih dekat tanpa ada sebuah sekat.
Kau mengajakku pulang bersama dengan tunggangan kendaraan roda dua. Di Taman Menteng, kau berucap rindu, aku tak percaya. Menghadiahkanku boneka koala dengan ucapan cinta yang sekedarnya saja. Ah, nirwana!
***
Selang beberapa bulan kita menjalin asmara, ternyata dilanda sebuah perkara. Setelah bertemu di satu acara. Mamamu bilang, dia kurang selera dengan perempuan yang kamu pelihara. Mungkin mamamu ingin perempuan juara, kalau bisa yang cantik seperti artis Korea. Setelah kamu bercerita, aku hanya diam tak bersuara. Shock seperti baru masuk penjara.


6 komentar:

Powered By Blogger