Jumat, 17 Juni 2011

BELANDA SANG NEGERI KINCIR ANGIN : Sejarah Munculnya Teknologi Kincir Angin serta Peranannya yang Luar Biasa Penting di Belanda Sampai Sekarang

Oleh:
Eka Sari Handayani, Jelita Sari Silalahi, Daniel Arief Firdaus
Jurusan Sejarah, Univeritas Negeri Jakarta


Abstrak
Artikel ini mendiskusikan perihal sejarah awal munculnya teknologi kincir angin yang dilatarbelakangi oleh determinisme social dan sampai sejauh mana peranan penting teknologi kincir angin itu sendiri di Negeri Belanda. Kami akan memaparkan mengenai sejarah teknologi kincir angin hingga dampaknya di masyarakat. Dengan tinjauan ini ,penulis berpendapat bahwa Kincir angin yang menjadi simbol Negara Belanda merupakan difusi dari Negara Islam di Asia Minor dan lahir oleh tekanan masyarakat. Pendapat ini dijelaskan dengan menelusuri dan meninjau dari beberapa sumber yang terkait dengan sejarah kincir angin.


Pendahuluan
Angin merupakan salah satu bentuk energi yang tersedia secara melimpah di alam. Keberadaannya yang tidak terbatas membuatnya dapat dimanfaatkan dalam skala besar dan terus – menerus. Adanya tekanan dalam masyarakat memaksa manusia untuk mencari pembekalan energy untuk memenuhi kebutuhannya. Sampai abad ke 18, yang tersedia hanya tenaga angin yang di manfaatkan manusia sebagai prime mover dan oleh karena itu terlihatlah perkembangan teknologi mesin yang mengubah energi angin menjadi energi rotasi dengan cara baling-baling atau yang kita kenal sebagai kincir angin.

Belanda adalah Negara yang sejak dulu terkenal dengan simbol kincir anginnya. Hingga sampai saat ini Belanda masih menggunakan peranan kincir angin dalam kehidupan sehari-harinya. Tapi mengapa kincir angin merupakan teknologi yang sangat fundamental di Belanda hingga kebanyakan orang awam menganggap Belanda sebagai pelopor teknologi kincir angin. Hal ini membuat penulis tertarik untuk mengkaji mengenai asal usul kincir angin dan membuktikan apakah pelopor kincir angin itu Belanda.

Roda Sebagai Basis Teknologi Kincir Angin


Revolusi teknologi, dapat kita artikan sebagai tahapan-tahapan dimana terjadi akselerasi yang tinggi pada perkembangan produk teknologi. Revolusi ini biasanya ditandai oleh keadaan dimana sebelum revolusi terjadi, produk ini tidak pun terpikirkan oleh manusia, namun sesaat sesudah penemuannya, ratusan atau ribuan manfaat produknya kemudian dikembangkan dalam durasi waktu yang singkat. Kita harus menyadari bahwa teknologi berkembang dari satu hal yang sangat sederhana, yaitu roda. Kemudian dari penemuan roda dari kayu gelondongan oleh masyrakat- masyarakat Neolithikum dilembah Mesopotamia perlahan melahirkan revolusi dalam dunia “ roda” . Teknologi ini memegang peranan penting karena membawa penemuan, pengetahuan dan pembaharuan terhadap penemuan teknologi baru. Salah satunya kincir angin yang prinsip kerjanya sama dengan roda [1].

Penemuan Teknologi Kincir Angin Zaman Kuno

Kincir angin zaman kuno di temukan pertama kali di Persia pada abad ke-7 M .Kincir angin zaman kuno merupakan cikal bakal dari perkembangan kincir angin modern saat ini. Kincir angin yang dengan jelas dimuat dalam Kitab Al- Hiyal (Buku tentang Alat-alat Mekanik) yang ditulis oleh Banu Musa bersaudara abad ke-3H (ke-9 M). Buku tersebut menyebutnya sebagai roda angin “yang jamak dipakai oleh rakyat”. Deskripsi rinci alat ini terdapat pada Kitab Nukhbat Al-Dahr (Kosmografi) oleh Al-Dimauntsyqi, ditulis sekitar tahun 700H/1300M.[2] Walaupun mekanismenya sederhana, tetapi kincir angin ini telah dikenal oleh seluruh peradaban lainnya pada masa itu, dan beberapa negara masih menggunakan mekanisme seperti ini hingga di era modern ini. Bisa dibilang, kincir angin kuno yang awalnya tampak seperti roda dayung besar ini merupakan cikal bakal kincir angin modern yang digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga angin. Kincir angin menjadi sumber energy yang penting yang dipergunakan bukan hanya untuk memipil jagung dan memompa air, tetapi juga untuk menghaluskan gula tebu, sebagai kincir penggiling (crushing mill), dan lain-lain. Penggunaan tenaga untuk menggerakan kincir angin telah di kenal pada masa khalifah Umar Bin al-Khathtab (wafat abad ke-7M). [3]


Dari Kincir Angin Horizontal ke Kincir Angin Vertikal
Ada yang membedakan antara kincir angin di Timur dengan kincir angin di Barat, dimana dunia islam menggunakan kincir angin Horizontal berporos vertical sedangkan Barat khususnya Belanda menggunakan kincir angin Vertikal berporos horizontal. Hal ini yang mendasari mengapa kincir angin di Eropa dikatakan sebagai penemuan independen. Ada yang berpendapat bahwa tentara salib mungkin telah terinspirasi oleh kincir angin di Timur Tengah, meskipun seorang spesialis dalam teknologi abad pertengahan Eropa, Lynn White Jr berpendapat bahwa kincir angin Eropa adalah ”penemuan independen”, tidak mungkin kincir angin menyebar ke Eropa pasca Perang Salib karena kincir angin Vertical berporos horizontal- Eropa secara signifikan berbeda desain dengan kincir angin Horizontal poros vertical-Iran".

Horizontal

Kincir angin dengan sumbu horizontal mempunyai sudut yang berputar dalam bidang vertikal seperti halnya propeler pesawat terbang. Kincir angin biasanya mempunyai sudu dengan bentuk irisan melintang khusus di mana aliran udara pada salah satu sisinya dapat bergerak lebih cepat dari aliran udara di sisi yang lain ketika angin melewatinya. Fenomena ini menimbulkan daerah tekanan rendah pada belakang sudu dan daerah tekanan tinggi di depan sudu. Perbedaan tekanan ini membentuk gaya yang menyebabkan sudu berputar. Dapat diketahui bahwa kincir angin yang dimaksudkan bertipe horizontal, dan dikelilingi dinding-dinding untuk menahannya dari angin kecuali pada satu sisi. Angin menggerakkan roda seperti layaknya sebuah turbin.

Vertikal.

Kincir angin dengan sumbu vertikal bekerja dengan prinsip yang sama seperti Halnya kelompok horizontal. Namun, sudunya berputar dalam bidang yang paralel dengan tanah, seperti mixer kocokan telur. Setiap jenis turbin angin memiliki ukuran dan efisiensi yang berbeda.

Kincir Angin Belanda hasil Difusi Teknologi dari Asia Minor

Bangsa Arab merupakan bangsa yang mengembangkan kincir angin pertama kali. Kincir angin banyak di pakai di Persia pada abad ke-7 M yang sekarang kita kenal dengan Negara Iran, Sebagaimana dicatat oleh geografer Istakhri pada abad 9M. Disana terdapat banyak wilayah yang kering, di mana air saja cukup langka, apalagi sungai yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Karena itu, di daerah yang kekurangan air tetapi memiliki angin yang stabil, kincir angin dapat dikembangkan sebagai alternatif sumber energi untuk industri. Terbuat dari enam hingga duabelas layar yang terbuat dari textil kincir angin dipakai untuk menggiling biji-bijian, menaikkan air, juga untuk menghaluskan gula tebu, serta sebagai kincir penggiling (crushing mill).

Pengembangan teknologi kincir angin dimuat jelas dalam Kitab al-Hiyal karya Banu Musa bersaudara. Sama dengan Sejarawan Joseph Needham yang menuliskan “sejarah kincir angin benar-benar diawali oleh kebudayaan Islam” (Joseph Needham, 1986. Science and Civilization in China: Volume 4, Physics and Physical Technology, Part 2, Mechanical Engineering. Taipei: Caves Books Ltd. Vol 4). [4] Mengingat rentan waktu dimana kincir angin pertama di Eropa muncul di abad ke-12 dan abad ke-13 Belanda pertama kali menggunakannya. Joseph Needham berpikir bahwa “ hal ini jelas penyebaran kearah barat dari Iberia yang dulunya berasal dari Spanyol muslim”. Dari Iran dan Afganistan kincir angin ini lambat tersebar secara luas di seluruh Timur Tengah dan Asia Tengah , dan kemudian menyebar ke China dan India. Kemudian di masa Perang Salib kincir angin menjalar ke Eropa[5]. Jadi kincir angin sebenarnya bukan di pelopori oleh Belanda. Kincir angin sangat cocok untuk menjalankan pompa untuk mengeringkan lahan.

Kalau sekarang praktis tidak kelihatan lagi di Asia Minor dan Mesir dia justru menjadi ciri-ciri khas untuk negeri Belanda hanya bentuknya telah berubah : dimana Persian wildmill menggunakan kincir angin Horizontal berporos vertical sedangkan Eropa khususnya Belanda menggunakan kincir angin Vertikal berporos horizontal, konstruksinya pun disempurnakan. Arah sumbunya misalnya dapat disesuaikan oleh angin. Begitu pula sayapnya dapat diatur sesuai dengan derasnya angin itu dikarenakan perkembangan teknologi dan arsitektur. Walaupun beberapa pihak mengasumsikan bahwa kincir-kincir angin di Eropa adalah "penemuan independen", seperti dikemukakan oleh Lynn White Jr, seorang spesialis dalam teknologi abad pertengahan Eropa.



Belanda Sang Negeri Kincir Angin

Belanda merupakan salah satu Negara yang berada Eropa Barat, selain sebagai Negara kincir angin, Belanda juga mendapat julukan Negara bunga tulip dan Negara seribu tanggul. Disebut negeri seribu tanggul karena di Belanda banyak sekali tanggul raksasa yang berfungsi untuk membendung air laut agar tidak mengalir ke daratan. Ibukota Belanda adalah Amsterdam. Secara astronomis Belanda terletak antara 500 LU-530 LU dan 30 BT-70 BT. Dari luas wilayah Belanda 41.160 KM2 Gunung Falselburg (321M) sebagai puncak tertinggi di negeri Belanda. Daerah tertinggi ada diantara 20M- 100M diatas permukaan laut. Hal ini merujuk kepada nama nama ’Nederland’ yang artinya letak tanah yang rendah (’neder’ = rendah).

Daerah yang tingginya berada di bawah permukaan air laut pasang, daerah ini dapat ditempati dengan berkat adanya tanggul dan pompa dengan memanfaatkan kincir angin untuk mengeringkan lahan : air tanah itu di pompa keluar lahan yang di namakan dengan polder. Adanya angin secara teratur menjamin pompa itu dapat berfungsi secara teratur menjamin pompa itu dapat berfungsi secara teratur pula[6]. Sejak berabad-abad Belanda secara massive telah menggunakan kincir angin baik untuk menggiling gandum maupun untuk memompa air demi mengeringkan negerinya yang lebih rendah dari laut.

Walaupun semua kincir angin di Belanda hampir terlihat sama, sebenarnya terdapat berbagai jenis dari kincir angin tersebut. Menurut fungsinya, kincir angin dibagi menjadi dua jenis yaitu kincir angin untuk kepentingan industri dan kincir angin untuk penyaluran air. Kincir angin untuk kepentingan industri terdapat banyak jenisnya dan mereka diberi nama sesuai dengan penggunaan mereka, contohnya kincir angin untuk menggergaji (sawmill ) atau kincir angin untuk menggiling jagung (cornmill). Jenis kincir angin yang paling tua adalah kincir angin standar (standaardmolen atau postmill ). Kincir angin ini dapat menangkap dan mengalihkan banyak angin dan terlebih lagi dengan kincir air yang terpasang di dalamnya, dapat membantu proses pengalihan dan pengeringan air lebih cepat. Oleh karena itu, kincir angin tipe ini banyak ditemukan di pusat kota di Belanda, karena bermanfaat sekali untuk proses pengalihan angin dan air. Masih banyak jenis-jenis lain dari kincir angin, seperti contohnya kincir angin kecil (wipmolen) dan menara kincir angin (torenmolen).

Selain digunakan untuk membantu proses irigasi, menggiling hasil panen, dan kadang kincir angin juga digunakan sebagai sarana informasi: kalau anggota keluarga si pemilik kincir angin meninggal, maka posisi kincir menyimpang dari biasanya. Fungsi dari kincir angin pun sekarang bertambah, antara lain untuk mengalihkan air dan angin, mengasah kayu, memproduksi kertas, mengeluarkan minyak dari biji juga sebagai objek wisata. Kinderdijk, dari 1000 yang berada di Belanda 19 ada ditempat tersebut. Kincir angin tersebut tertata rapi sehingga menghasilkan pemandangan menarik untuk pengunjungnya. Banyak lukisan dan fotografi di buat di sini, karena lokasi ini sangatlah indah untuk dilihat terutama pada saat matahari terbenam. Selain di Kinderdijk, kamu juga bisa datang ke kincir angin yang dimiliki oleh perseorangan. Setiap hari Sabtu pertama dalam setiap bulan atau setiap tanggal 13 Mei, yang merupakan hari kincir angin, mereka akan membuka kincir angin mereka untuk umum. Namun, rata-rata pemilik kincir angin ini membukannya setiap hari, karena mereka bangga akan kincir angin mereka dan mereka biasanya memberikan keterangan tentang cara kerja dari kincir angin tersebut.

Dari segi ekonomi, sumber energi angin mampu mengurangi penggunaan bahan bakar minyak, menciptakan lapangan pekerjaan baru di bidang pembuatan dan pemeliharaan kincir angi maupun distribusinya,kincir angin juga berperan dalam bidang objek wisata. Dari sisi lingkungan hidup, energi angin tidak menghasilkan polusi, tak memerlukan bahan bakar, tak menimbulkan efek rumah kaca, tak menghasilkan zat berbahaya dan sampah radioaktif. Tidak salah kalau Belanda mendapat julukan Negara Kincir Angin.


Kesimpulan

Paparan di atas menggambarkan secara jelas bahwa kincir angin merupakan salah satu produk dari perkembangan teknologi akibat revolusi roda.[7] Kincir angin zaman kuno yang pertama kali dikembangkan di Persia merupakan cikal bakal dari perkembangan teknologi kincir angin modern. Sempat menuai perdebatan tentang bentuk kincir angin horizontal di dunia Islam dan kincir angin vertical di dunia Barat. Tapi menurut argumen kami, penemuan kincir angin di Eropa khususnya Belanda bukan bersifat independen melainkan merupakan hasil dari difusi teknologi dari Asia Minor (Persia). Terkait dengan bentuknya yang berbeda kami berpendapat bahwa kincir angin yang ada di Eropa telah berinovasi dan konstruksinya pun disempurnakan. Arah sumbunya misalnya dapat disesuaikan oleh angin. Begitu pula sayapnya dapat diatur sesuai dengan derasnya angin itu dikarenakan perkembangan teknologi dan arsitektur. Sejarawan Joseph Needham pun menuliskan “sejarah kincir angin benar-benar diawali oleh kebudayaan Islam” (Joseph Needham, 1986. Science and Civilization in China: Volume 4, Physics and Physical Technology, Part 2, Mechanical Engineering. Taipei: Caves Books Ltd. Vol 4). Mengingat rentan waktu dimana kincir angin pertama di Eropa muncul di abad ke-12 dan abad ke-13 Belanda pertama kali menggunakannya. Joseph Needham berpikir bahwa “ hal ini jelas penyebaran kearah barat dari Iberia yang dulunya berasal dari Spanyol muslim”. Hal ini mengacu pada teori difusi inovasi yang dipopulerkan oleh Everett Rogers tentang bagaimana sebuah ide dan teknologi baru tersebar dalam sebuah kebudayaan[8]. Kami berpendapat bahwa dari Iran dan Afganistan kincir angin ini lambat tersebar secara luas di seluruh Timur Tengah dan Asia Tengah , dan kemudian menyebar ke China dan India. Kemudian di masa Perang Salib kincir angin menjalar ke Eropa.

Jadi kincir angin sebenarnya bukan di pelopori oleh Belanda secara independen. Seperti di Timur, kincir angin di Belanda juga hadir karena determisme social. Keadaan alam kedua wilayah tersebut membuat mereka mencari solusi untuk kebutuhan rill dan tekanan social dimasyaraktnya. Kincir angin sangat cocok untuk menjalankan pompa untuk mengeringkan lahan. Perannnya sangat penting di belanda, dari segi ekonomi, sumber energi angin mampu mengurangi penggunaan bahan bakar minyak, menciptakan lapangan pekerjaan baru di bidang pembuatan dan pemeliharaan kincir angi maupun distribusinya,kincir angin juga berperan dalam bidang objek wisata. Dari sisi lingkungan hidup, energi angin tidak menghasilkan polusi, tak memerlukan bahan bakar, tak menimbulkan efek rumah kaca, tak menghasilkan zat berbahaya dan sampah radioaktif. Belanda  yang dikenal juga dengan negeri seribu tanggul karena daerahnya  berada di bawah permukaan air laut pasang, daerah ini dapat ditempati dengan berkat adanya tanggul dan pompa dengan memanfaatkan kincir angin untuk mengeringkan lahan. Maka kincir angin menjadi kebutuhan yang luar biasa penting diperlukan. Tidak salah kalau Belanda mendapat julukan Negara Kincir Angin.


Daftar Pustaka :

Noerdin Isjrin,1996.Perkembangan Sains dan Teknologi 1 (Prime Movers),Jakarta: Universitas Terbuka

Poeradisastra.SI.Sumbangan Islam Kepada Ilmu dan Peradaban Modern, 2008, Jakarta: Komunitas Bambu

Al-Hassan, Ahmad Y dan Donald R. Hill, Teknologi dalam Sejarah Islam. 1993,Bandung

id.wikipedia.org/wiki/history_of_windmill (diakses Sabtu, 04-06-2011, 16:43 WIB)

Mercu, Buana. 2009. “Makalah Telaah Pembangkit Listrik Tenaga Angin Berdasarkan Manfaat Dan Aplikasinya”. Dilihat Senin, 13 Juni 2011
< http://endah09industri.blog.mercubuana.ac.id/files/2011/01/wind-turbine.pdf>

Ilyas, Suhrawardi.2006. Revolusi Teknologi. Dilihat Kamis, 16 Juni 2011. Hlmn.1 http://www.keudekupi.com/index2.php?option=com_content&do_pdf

Rogers, Everett, M. 2003. Diffusions of Innovations; Fifth Edition. Simon & Schuster Publisher

[1] Ilyas, Suhrawardi.2006. Revolusi Teknologi. Dilihat 16 Juni 2011. Hlmn.1

[2] Al-Hassan, Ahmad Y dan Donald R. Hill, Teknologi dalam Sejarah Islam. 1993,Bandung, hlmn. 82

[3] Poeradisastra.SI, Sumbangan Islam Kepada Ilmu dan Peradaban Modern, 2008, Jakarta: Komunitas Bambu. Hlmn.28

[4] Al-Hassan, Ahmad Y dan Donald R. Hill, Teknologi dalam Sejarah Islam. 1993,Bandung, hlmn. 82

[5] Noerdin Isjrin, Perkembangan Sains dan Teknologi 1 (Prime Movers),1996,Jakarta :Universitas Terbuka.hlmn 42

[6] ibid

[7] Ibid

[8] Rogers, Everett, M. (2003). Diffusions of Innovations; Fifth Edition. Simon & Schuster Publisher

Rabu, 18 Mei 2011

MUSEUM DAY 2011

Hari Rabu yang awalnya gua duga bakal basi ternyata salah.jam kuliah kosong gue,Jelita,Ratna,Melly,Ici ,Vya,dan Yeni berkesempatan meramaikan Festival Museum Day di Fatahillah.Sebenarnya ini ga terencana .makan selendang mayang bareng,bikin wayang dari Janur,foto-foto, ngobrol bareng Asep Kambali di stan Komunitas Historia Indonesia,Apalagi Vya dapet I-pod sebagai hadiah doorprize karena berhasil memenangkan Fun Games di Museum Bank Indonesia.capek bukan main tapi sangat menyegarkan.

Selamat Hari Museum Internasional 2011.Cintalah ,Pedulilah ,Kunjungilah Museum mu ! No History No Future !

Minggu, 15 Mei 2011

MANDALAWANGI PANGRANGO

Senja ini, ketika matahari turun ke dalam jurang-jurangmu.
Aku datang kembali ke ribaanmu, dalam sepimu, dan dalam dinginmu.

Walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna.
Aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan.
Dan aku terima kau dalam keberadaanmu, seperti kau terima daku.

Aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi.
Sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada.
Hutanmu adalah misteri segala cintamu.
Dan cintaku adalah kebisuan semesta.

Malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi.
Kau datang kembali dan bicara padaku tentang kehampaan semua.

“Hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya, tanpa kita bisa mengerti, tanpa kita bisa menawar.
Terimalah dan hadapilah.”

Dan antara ransel-ransel yang kosong dan api unggun yang membara, aku terima semua itu.
Melampaui batas-batas hutanmu.
Melampaui batas-batas jurangmu.
Aku cinta padamu Pangrango.
Karena aku cinta pada keberanian hidup.

Soe Hok Gie
Jakarta, 19 Juli 1966

Selasa, 05 April 2011

SOCRATES

Mengajukan pertanyaan dapat lebih memancing ledakan dibanding 1000 jawaban .Maka itu,aku mengagumi Socrates :)

Kamis, 17 Februari 2011

EKSISTENSI BAHASA JAWA DI KABUPATEN KARANGANYAR TERANCAM PUNAH

Oleh: Eka Sari Handayani
Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Jakarta
       Budaya merupakan perangkat rumit yang nilai-nilainya mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri yang berkembang dan dimiliki oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari berbagai unsur dan salah satunya adalah bahasa. Bahasa dan budaya merupakan dua sisi mata uang yang berbeda, tetapi tidak dapat dipisahkan, karena bahasa merupakan cermin budaya dan identitas diri penuturnya. Hal ini berarti bahasa dapat mempengaruhi budaya masyarakat , sehingga bahasa dapat menentukan kemajuan dan “mematikan” budaya bangsa.Indonesia memiliki ragam bahasa tradisional kurang lebih terdapat 32 bahasa tradisional atau minoritas yang tersebar diberbagai daerah mulai dari bahasa Jawa, bahasa Sunda ,bahasa Padang ,bahasa Madura dan masih banyak lagi.
       Namun seiring waktu berkembangnya globalisasi yang di tandai dengan kian canggihnya transformasi budaya, transportasi dan informasi yang menjadi penyebab munculnya budaya baru yang global, yang perannya ikut mengancam budaya nasional dan lokal tradisional .Masyarakat pun semakin mendapatkan pengaruh dari dua budaya .Hal ini menjadikan keberadaan bahasa daerah khususnya bahasa Jawa di Kabupaten Karanganyar beresiko terancam punah akibat pergeseran lokal tradisional di era globalisasi sekarang ini.Hal ini terkait dengan kabar mengenai bahasa Jawa yang di tinggalkan dan semakin bekurangnya pembaca 'majalah Jawa'.

      Dilihat dari fakta yang di dapat lapangan, di harian kompas edisi 29 Juni 2010.Bupati Karanganyar, Dr.Rina Iriani Sri Ratnaningsih mengungkapkan bahwa kehidupan bahasa Jawa di Kabupaten Karanganyar dewasa ini semakin memprihatinkan . Intensitas penggunaan bahasa Jawa juga semakin berkurang,sementara pergeseran kedudukan dan fungsi b ahsa Jawa juga semakin tampak jelas akibat pengaruh budaya global itu. Hingga akhirnya, Bupati Karanganyar ini menyikapi pesoalan tersebut dengan mengeluarkan kebijakan yang ditetapkan melalui SK Nomor 139/63 Tahun 2006. Kebijakan itu memuat " Program Rabu Berbahasa Jawa " atau PRBJ ,yang mewajibkan pengguanaan bahasa Jawa di semua jajaran dinas, instansi,kantor serta sekolah dan masyarakat di seluruh wilayah Kabupaten dalam semua acara ,baik formal maupun non formal.
         Memang sungguh ironis apabila bahasa Jawa sampai punah, karena pada kenyataannya dalam aspek pembinaan dan pengembangan Bahasa dan Sastra Jawa terdapat dua landasan yang sangat fundamental yakni yang pertama terdapat dalam ikrar sumpah pemuda 28 Oktober 1928 pada butir ketiga "Kami putera –puteri Indonesia menjunjung tinggi Bahasa Persatuan Bahasa Indonesia" .Bahasa Persatuan ,Bahasa Indonesia memiliki makna bahwa bahasa Jawa memiliki hak hidup yang sama dengan Bahasa Indonesia .Sedangkan yang kedua terdapat dalam pasal 36 UUD 1945 " Di daerah –daerah yang mempunyai bahasa sendiri yang dipelihara oleh rakyatnya dengan baik, misalnya ( bahasa Jawa ,Sunda,Madura dan sebagainya ) .Bahasa-bahasa itu akan dihormati dan dipelihara oleh negara ".Ditambah pula ,Gubernurt Jawa Tengah memasukan bahasa Jawa dalam muatan lokal dari jenjang Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, sampai Sekolah Menengah Atas. Hal ini tentu bertujuan sebagai angin segar bagti bahasa Jawa untuk dikembangkan dan dilestarikan.

         Masalah disini maksudnya menuntut kita supaya bertindak bijak dalam menanggapi persoalan budaya di era Globalisasi .Pemerintah daerah perlu mengkaji ulang mengenai peraturan-peraturan yang mengakibatkan pergeseran budaya .Mau tidak mau kita harus mewariskan budaya bahasa daerah namun dalam melestarikannya di butuhkan adanya kerjasama,yang mana masyarakat daerah masing-masing ikut andil berperan aktif dalam tanggung jawab moral dalam menjaga dan melestarikannya Masyarakat perlu menyeleksi kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya yang masuk tidak merugikan dan berdampak negatif.Karena di bandingkan negara lain Indonesia lebih banyak budaya dan bahasanya, tapi pelestarian budaya tidak serta merta dikembangkan melalui kesadaran masyarakat dalam berbahasa. Padahal, bahasa adalah cermin budaya masyarakat.. Bahasa daerah yang lain pun harus kita junjung sama seperti bahasa nasional sendiri supaya tidak terkikis seiring berjalannya globalisasi yang mendunia.. Sungguh teramat sayang apabila bahasa Jawa di Karanganyar lenyap.Bila bahasa Ibu kita mati maka mati pula lah roh yang mengikat kita dengan Tanah Air.

Powered By Blogger