Senin, 14 Oktober 2013

ISLAM DI FILIPINA SELAMA KOLONIALISME BARAT

Oleh: Eka Sari Handayani




Pendahuluan
Populasi muslim di Filipina adalah minoritas (4 sampai 7 persen) dalam suatu Negara di Asia Tenggara yang didominasi oleh pemeluk kristen.[1] Islam di Filipina terkonsentasi di Kepulauan Filipina Selatan. Pemeluk Islam atau Muslim di Filipina biasanya dikenali sebagai masyarakat Moro.
Dalam paper ini pembahasannya dimulai dari gambaran umum keberadaan Islam di Filipina, kemudian kolonialisasi oleh bangsa Barat yang berdampak terhadap perkembangan Islam di Negara tersebut. Sebagaimana diketahui, Filipina menghadapi dua kali masa penjajahan, yaitu pertama, Filipina merupakan koloni Spanyol selama 300 tahun, kedudukan ini kemudian diganti oleh Amerika selama 48 tahun.[2]
Dengan pembahasan tersebut, maka diharapkan dapat diperoleh pengetahuan mengenai sejarah Islam di Filipina berikut latar belakang dan perkembangannya sejak awal masuknya Islam di Filipina yang kemudian akibat adanya agresi Barat membuat Islam di Filipina menjadi agama minorias.

Islam Sebagai Identitas Awal Filipina
Lokasi geografis Filipina menyebabkan secara berangsur ditarik ke dalam perdagangan maritime internasional yang membentang dari Laut Merah ke Laut Cina. Sampai abad ke 16 perdagangan ini dikontrol oleh saudagar islam. Pedagang-pedagang Islam diketahui telah mengunjungi Kalimantan, menetap di Sulu dan sering singgah di Fipina dalam perjalanan menuju Cina.[3] Jauh sebelum kedatangan Bangsa Barat, penduduk Filipina sudah memeluk agama Islam. Agama Islam dapat masuk dan diterima dengan baik oleh kerajaan-kerajaan dan penduduk setempat setidaknya karena ajaran Islam dapat mengakomodasi berbagai tradisi yang telah mendarah daging di hati mereka. Islam terus memperluas pengaruhnya secara cultural yaitu dengan melalui perkawinan antar etnis hingga akhirnya melalui system politik. Jalur yang terakhir ini (politik) terjadi ketika Islam telah dipeluk oleh para penguasa khususnya para raja.[4]Pemeluk Islam atau Muslim di Filipina biasanya dikenali sebagai masyarakat Moro[5]. Mereka umumnya berdiam di Pulau Mindanao (pulau kedua terluas di Filipina), Kepulauan Sulu, Palawan, Basilan, dan pulau-pulau sekitarnya. Secara geografis, gugusan pulau-pulau ini berada di selatan Filipina, sedangkan bagian utara negeri ini adalah gugusan Kepulauan Luzon. Jadi, Islam dapat dikatakan sebagai agama yang menjadi pertama kali masuk ke Filipina dan menjadi identitas awal Filipina. 

Kolonisasi Oleh Spanyol
Bangsa Spanyol merupakan bangsa Eropa pertama yang berhasil mendarat di Filipina. Kedatangan orang-orang Spanyol di Filipina tahun 1565 bermaksud untuk mendirikan koloni dan memasukan penduduknya dalam agama Kristen, yang kemudian menjadi hal ancaman penting dalam menghalangi penyebaran Islam selanjutnya ke Utara dari Kalimantan, dan ke selatan Filipina arah Luzon dan Kepulauan Visayan. Sejak saat itu, penyebaran Islam terbatas sampai ke kepulauan Suludan Mindanao di Sebelah Barat.[6] Dengan kekerasan, persuasi atau menundukkan secara halus dengan hadiah-hadiah, orang-orang Spanyol dapat memperluas kedaulatannya hampir ke seluruh wilayah Filipina. Kita ketahui proes islamisasi di seluruh Filipina secara tiba-tiba dihentikan dengan kedatangan Spanyol dari Utara. Akibatnya, Islam tidak memiliki kesempatan unuk berkembang secara penuh dan mendapatkan akarnya di bagian-bagian lain kecuali Filipina bagian selatan dan beberapa pantai di Negara tersebut. [7]Tentara kolonial Spanyol harus bertempur mati-matian melawan kesultanan Islam di wilayah selatan Filipina, yakni Sulu, Manguindanau dan Buayan. Selama tiga abad terjadi pertempuran antara orang-orang Spanyol dengan orang-orang Moro.[8] Rentetan peperangan yang panjang antara Islam dan Spanyol hasilnya tidak nampak kecuali bertambahnya ketegangan antara orang Kristen dan orang Islam Filipina. Selama masa kolonial, Spanyol menerapkan politik pecah belah serta misi suci Kristenisasi terhadap orang-orang Islam. Bahkan orang-orang Islam di-stigmatisasi (julukan terhadap hal-hal yang buruk) sebagai "Moor" (Moro). Artinya orang yang buta huruf, jahat, tidak bertuhan dan huramentados (tukang bunuh). Sejak saat itu julukan Moro melekat pada orang-orang Islam yang mendiami kawasan Filipina Selatan tersebut. Tahun 1578 M terjadi perang besar yang melibatkan orang Filipina sendiri. Bangsa Spanyol juga melakukan inkuisisi yang buruk terhadap orang-orang muslim di semenanjung Iberia. Mereka menyerang karajaan muslim Sulu, Manguindanau dan Manilad dengan fanatisme dan keganasan yang sama seperti mereka memperlakukan penduduk muslim mereka sendiri di Spanyol. Bahkan Raja Philip memerintahkan Kepala Staf Angkatan Lautnya sebagai berikut: “Taklukkan pulau-pulau itu dan gantikan agama penduduknya (ke agama Katolik)”. Menghadapi latar belakang seperti ini, orang-orang muslim Filipina (bangsa Moro) harus berjuang bagi kelangsungan hidupnya sampai saat ini, lebih dari empat abad. Spanyol tidak pernah dapat menaklukkan kesultanan Islam Sulu walaupun dalam keadaan perang terus menerus, dan harus mengakui keberadaannya yang merdeka.[9]

Filipina Dibawah Imperialisme Amerika Serikat
Sekalipun Spanyol gagal menundukkan Mindanao dan Sulu, Spanyol tetap menganggap kedua wilayah itu merupakan bagian dari teritorialnya. Spanyol kemudian menjual Filipina kepada Amerika Serikat seharga US$ 20 juta melalui Traktat Paris.Amerika datang ke Mindanao dengan menampilkan diri sebagai seorang sahabat yang baik dan dapat dipercaya. Pada tahun 1896, Presiden Mc. Kinley dari AS memutuskan untuk menduduki Filipina untuk “mengkristenkan dan membudayakan” rakyat sebagaimana ia ajukan. Amerika datang ke Mindanao dengan menampilkan diri sebagai seorang sahabat yang baik dan dapat dipercaya. Hal ini dibuktikan dengan ditandatanganinya Traktat Bates (20 Agustus 1898) yang menjanjikan kebebasan beragama, kebebasan mengungkapkan pendapat, kebebasan mendapatkan pendidikan bagi Bangsa Moro. Amerika berhasil menduduki jajahan Spanyol ini pada tahun 1899, namun mendapatkan perlawanan dari Negara muslim Sulu. Traktat tersebut ternyata hanya taktik mengambil hati orang-orang Islam agar tidak memberontak, karena pada saat yang sama Amerika tengah disibukkan dengan pemberontakan kaum revolusioner Filipina Utara pimpinan Emilio Aguinaldo. Terbukti setelah kaum revolusioner kalah pada 1902 M, kebijakan AS di Mindanao dan Sulu bergeser kepada sikap campur tangan langsung dan penjajahan terbuka. Setahun kemudian (1903 M) Mindanao dan Sulu disatukan menjadi wilayah propinsi Moroland dengan alasan untuk memberadabkan (civilizing) rakyat Mindanao dan Sulu. Periode berikutnya tercatat pertempuran antara kedua belah pihak. Kesultanan Sulu jatuh ke tangan Amerika pada tahun 1914. Pada tahun 1915, Raja (Sultan) Muslim dipaksa turun tahta, tetapi diakui sebagai ketua komunitas muslim. Hanya pada April 1940 Amerika menghapuskan Kesultanan Sulu dan menggabungkan bangsa Moro ke dalam Filipina.[10]
Selama periode 1898-1902, AS ternyata telah menggunakan waktu tersebut untuk membebaskan tanah serta hutan di wilayah Moro untuk keperluan ekspansi para kapitalis. Bahkan periode 1903-1913 dihabiskan AS untuk memerangi berbagai kelompok perlawanan Bangsa Moro. Namun Amerika memandang peperangan tak cukup efektif meredam perlawanan Bangsa Moro, Amerika akhirnya menerapkan strategi penjajahan melalui kebijakan pendidikan dan bujukan. Kebijakan ini kemudian disempurnakan oleh orang-orang Amerika sebagai ciri khas penjajahan mereka. Kebijakan pendidikan dan bujukan yang diterapkan Amerika terbukti merupakan strategi yang sangat efektif dalam meredam perlawanan Bangsa Moro. Sebagai hasilnya, kohesitas politik dan kesatuan diantara masyarakat Muslim mulai berantakan dan basis budaya mulai diserang oleh norma-norma Barat. Pada dasarnya kebijakan ini lebih disebabkan keinginan Amerika memasukkan kaum Muslimin ke dalam arus utama masyarakat Filipina di Utara dan mengasimilasi kaum Muslim ke dalam tradisi dan kebiasaan orang-orang Kristen. Seiring dengan berkurangnya kekuasaan politik para Sultan dan berpindahnya kekuasaan secara bertahap ke Manila, pendekatan ini sedikit demi sedikit mengancam tradisi kemandirian yang selama ini dipelihara oleh masyarakat Muslim.


Kesimpulan
Jauh sebelum kedatangan Bangsa Barat, penduduk Filipina sudah memeluk agama Islam. Agama Islam dapat masuk dan diterima dengan baik oleh kerajaan-kerajaan dan penduduk setempat setidaknya karena ajaran Islam dapat mengakomodasi berbagai tradisi yang telah mendarah daging di hati mereka.
Mayoritas penduduk Filipina yang beragama kristen tidak luput dari konteks historis Filipina pernah menjadi tanah jajahan Spanyol dan AS. Kemudian kedua bangsa tersebut memberlakukan kristeniasasi kepada penduduk asli Filipina. Hingga Islam menjadi terancam persebarannya, Islam menjadi agama minoritas. Meskipun Islam menjadi minoritas, terdapat wilayah yang yang menjadikan Islam sebagai agama mayoritas yaitu di Filipina bagian Selatan.Perlu perjuangan untuk menjadikan Islam sebagai agama mayoritas disana.Banyak Negara yang menjajah negera itu seperti Spanyol dan Amerika, selain menjajah mereka juga sebagai misionaris yang mempersulit untuk berkembangnya agama Islam. Dengan perjuangan dan persatuan yang tinggi membuat Negara Filipina wilayah selatan penduduknya merdeka dari penjajah dan misionaris. Kolonialisasi di Filipina oleh Amerika Serikat pun berakhir. Filipina mendapat kemerdekaannya pada tahun 1946. Bangsa Moro yang minoritas kemudian kurang bisa mengintegrasikan ke dalam Pemerintahan Filipina.Cenderung terisolir, karena tiga hingga sepuluh kelompok etnis muslim minoritas di Filipina Selatan dipisahkan oleh hambatan-hambatan geografis dan linguistic dengan penduduk di Filipina Tengah dan Utara.



DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik & Sharon Siddique.1988. Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara.Jakarta: LP3ES
Azra, Ayumardi. 1989. Perspektif Islam di Asia Tenggara. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
 A.Majul, Caesar .Dinamika Islam Filipina .1989. Jakarrta: LP3ES
Hefner, Robert dan Patricia Horvatich. 2001.Islam di Era Negara- Bangsa (Politik dan Kebangkitan Agama Muslim di Asia Tenggara).  Yogyakarta: PT. Tria Wacana Yogya
M. Ali, Kettani.2005. Minoritas Muslim Dewasa Ini .Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Musa,Kustianah.1988. Geografi Asia Tenggara . Jakarta: Depdibud
Reid, Antony.2004. Sejarah Modern Awal Asia Tenggara. Jakarta,: LP3ES



[1] Robert Hefner dan Patricia Horvatich, Islam di Era Negara- Bangsa (Politik dan Kebangkitan Agama Muslim di Asia Tenggara), Hlm. 57
[2] Kustianah Musa, Geografi Asia Tenggara (Jakarta: Depdibud, 1988), Hlm.65
[3] Caesar A. Majul, Dinamika Islam Filipina (Jakarrta: LP3ES), Hlm. 9
[4] Antony Reid, Sejarah Modern Awal Asia Tenggara (Jakarta, Pustaka LP3ES Indonesia, 2004) Hlm. 37
[5] Sejumlah literatur menyebutkan, istilah 'Moro' merujuk kepada kata Moor, Mariscor, atau Muslim. Kata Moor berasal dari istilah latin, Mauri, sebuah istilah yang sering digunakan orang-orang romawi kuno untuk menyebut penduduk wilayah Aljazair barat dan Maroko.
[6] Caesar A. Majul. Loc.Cit
[7] Taufik Abdullah & Sharon Siddique, Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara (Jakarta: LP3ES,1988),  Hlm. 346
[8] Ayumardi Azra, Perspektif Islam di Asia Tenggara ( Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1989), Hlm. 9
[9]  Kettani M Ali, Minoritas Muslim di dewasa ini (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2005), Hlm 195.
[10] Ibid., hal. 196

1 komentar:

  1. agen sabung ayam online dari filipina live streaming

    http://agensabungayam.logdown.com/post/7834261-cara-merawat-ayam-bangkok-aduan-bantat

    Link Official Bolavita : http://159.89.197.59/
    Telegram : +62812-2222-995
    Wechat : Bolavita
    WA : +62812-2222-995
    Line : cs_bolavita

    BalasHapus

Powered By Blogger