Oleh: Eka Sari Handayani
Pendahuluan
Populasi
muslim di Filipina adalah minoritas (4 sampai 7 persen) dalam suatu Negara di
Asia Tenggara yang didominasi oleh pemeluk kristen.[1] Islam
di Filipina terkonsentasi di Kepulauan Filipina Selatan. Pemeluk Islam atau
Muslim di Filipina biasanya dikenali sebagai masyarakat Moro.
Dalam
paper ini pembahasannya dimulai dari gambaran umum keberadaan Islam di Filipina,
kemudian kolonialisasi oleh bangsa Barat yang berdampak terhadap perkembangan
Islam di Negara tersebut. Sebagaimana diketahui, Filipina menghadapi dua kali
masa penjajahan, yaitu pertama, Filipina merupakan koloni Spanyol selama 300
tahun, kedudukan ini kemudian diganti oleh Amerika selama 48 tahun.[2]
Dengan
pembahasan tersebut, maka diharapkan dapat diperoleh pengetahuan mengenai
sejarah Islam di Filipina berikut latar belakang dan perkembangannya sejak awal
masuknya Islam di Filipina yang kemudian akibat adanya agresi Barat membuat
Islam di Filipina menjadi agama minorias.
Islam Sebagai Identitas Awal
Filipina
Lokasi
geografis Filipina menyebabkan secara berangsur ditarik ke dalam perdagangan
maritime internasional yang membentang dari Laut Merah ke Laut Cina. Sampai
abad ke 16 perdagangan ini dikontrol oleh saudagar islam. Pedagang-pedagang
Islam diketahui telah mengunjungi Kalimantan, menetap di Sulu dan sering
singgah di Fipina dalam perjalanan menuju Cina.[3] Jauh
sebelum kedatangan Bangsa Barat, penduduk Filipina sudah memeluk agama Islam. Agama
Islam dapat masuk dan diterima dengan baik oleh kerajaan-kerajaan dan penduduk
setempat setidaknya karena ajaran Islam dapat mengakomodasi berbagai tradisi
yang telah mendarah daging di hati mereka. Islam terus memperluas pengaruhnya
secara cultural yaitu dengan melalui perkawinan antar etnis hingga akhirnya
melalui system politik. Jalur yang terakhir ini (politik) terjadi ketika Islam
telah dipeluk oleh para penguasa khususnya para raja.[4]Pemeluk
Islam atau Muslim di Filipina biasanya dikenali sebagai masyarakat Moro[5].
Mereka umumnya berdiam di Pulau Mindanao (pulau kedua terluas di Filipina),
Kepulauan Sulu, Palawan, Basilan, dan pulau-pulau sekitarnya. Secara geografis,
gugusan pulau-pulau ini berada di selatan Filipina, sedangkan bagian utara
negeri ini adalah gugusan Kepulauan Luzon. Jadi, Islam dapat dikatakan sebagai
agama yang menjadi pertama kali masuk ke Filipina dan menjadi identitas awal
Filipina.
Kolonisasi Oleh Spanyol
Bangsa
Spanyol merupakan bangsa Eropa pertama yang berhasil mendarat di Filipina. Kedatangan
orang-orang Spanyol di Filipina tahun 1565 bermaksud untuk mendirikan koloni
dan memasukan penduduknya dalam agama Kristen, yang kemudian menjadi hal
ancaman penting dalam menghalangi penyebaran Islam selanjutnya ke Utara dari
Kalimantan, dan ke selatan Filipina arah Luzon dan Kepulauan Visayan. Sejak
saat itu, penyebaran Islam terbatas sampai ke kepulauan Suludan Mindanao di
Sebelah Barat.[6]
Dengan kekerasan, persuasi atau menundukkan secara halus dengan hadiah-hadiah,
orang-orang Spanyol dapat memperluas kedaulatannya hampir ke seluruh wilayah
Filipina. Kita ketahui proes islamisasi di seluruh Filipina secara tiba-tiba
dihentikan dengan kedatangan Spanyol dari Utara. Akibatnya, Islam tidak
memiliki kesempatan unuk berkembang secara penuh dan mendapatkan akarnya di
bagian-bagian lain kecuali Filipina bagian selatan dan beberapa pantai di
Negara tersebut. [7]Tentara
kolonial Spanyol harus bertempur mati-matian melawan kesultanan Islam di
wilayah selatan Filipina, yakni Sulu, Manguindanau dan Buayan. Selama tiga abad
terjadi pertempuran antara orang-orang Spanyol dengan orang-orang Moro.[8] Rentetan
peperangan yang panjang antara Islam dan Spanyol hasilnya tidak nampak kecuali
bertambahnya ketegangan antara orang Kristen dan orang Islam Filipina. Selama
masa kolonial, Spanyol menerapkan politik pecah belah serta misi suci
Kristenisasi terhadap orang-orang Islam. Bahkan orang-orang Islam
di-stigmatisasi (julukan terhadap hal-hal yang buruk) sebagai "Moor"
(Moro). Artinya orang yang buta huruf, jahat, tidak bertuhan dan huramentados
(tukang bunuh). Sejak saat itu julukan Moro melekat pada orang-orang Islam yang
mendiami kawasan Filipina Selatan tersebut. Tahun 1578 M terjadi perang besar
yang melibatkan orang Filipina sendiri. Bangsa Spanyol juga melakukan inkuisisi
yang buruk terhadap orang-orang muslim di semenanjung Iberia. Mereka menyerang
karajaan muslim Sulu, Manguindanau dan Manilad dengan fanatisme dan keganasan
yang sama seperti mereka memperlakukan penduduk muslim mereka sendiri di
Spanyol. Bahkan Raja Philip memerintahkan Kepala Staf Angkatan Lautnya sebagai
berikut: “Taklukkan pulau-pulau itu dan gantikan agama penduduknya (ke agama
Katolik)”. Menghadapi latar belakang seperti ini, orang-orang muslim Filipina
(bangsa Moro) harus berjuang bagi kelangsungan hidupnya sampai saat ini, lebih
dari empat abad. Spanyol tidak pernah dapat menaklukkan kesultanan Islam Sulu
walaupun dalam keadaan perang terus menerus, dan harus mengakui keberadaannya
yang merdeka.[9]
Filipina Dibawah Imperialisme
Amerika Serikat
Sekalipun
Spanyol gagal menundukkan Mindanao dan Sulu, Spanyol tetap menganggap kedua
wilayah itu merupakan bagian dari teritorialnya. Spanyol kemudian menjual
Filipina kepada Amerika Serikat seharga US$ 20 juta melalui Traktat
Paris.Amerika datang ke Mindanao dengan menampilkan diri sebagai seorang
sahabat yang baik dan dapat dipercaya. Pada tahun 1896,
Presiden Mc. Kinley dari AS memutuskan untuk menduduki Filipina untuk “mengkristenkan
dan membudayakan” rakyat sebagaimana ia ajukan. Amerika datang ke Mindanao
dengan menampilkan diri sebagai seorang sahabat yang baik dan dapat dipercaya.
Hal ini dibuktikan dengan ditandatanganinya Traktat Bates (20 Agustus 1898)
yang menjanjikan kebebasan beragama, kebebasan mengungkapkan pendapat,
kebebasan mendapatkan pendidikan bagi Bangsa Moro. Amerika berhasil menduduki
jajahan Spanyol ini pada tahun 1899, namun mendapatkan perlawanan dari Negara
muslim Sulu. Traktat tersebut ternyata hanya taktik mengambil hati orang-orang
Islam agar tidak memberontak, karena pada saat yang sama Amerika tengah
disibukkan dengan pemberontakan kaum revolusioner Filipina Utara pimpinan
Emilio Aguinaldo. Terbukti setelah kaum revolusioner kalah pada 1902 M, kebijakan
AS di Mindanao dan Sulu bergeser kepada sikap campur tangan langsung dan
penjajahan terbuka. Setahun kemudian (1903 M) Mindanao dan Sulu disatukan
menjadi wilayah propinsi Moroland dengan alasan untuk memberadabkan
(civilizing) rakyat Mindanao dan Sulu. Periode berikutnya tercatat pertempuran
antara kedua belah pihak. Kesultanan Sulu jatuh ke tangan Amerika pada tahun
1914. Pada tahun 1915, Raja (Sultan) Muslim dipaksa turun tahta, tetapi diakui
sebagai ketua komunitas muslim. Hanya pada April 1940 Amerika menghapuskan
Kesultanan Sulu dan menggabungkan bangsa Moro ke dalam Filipina.[10]
Selama
periode 1898-1902, AS ternyata telah menggunakan waktu tersebut untuk
membebaskan tanah serta hutan di wilayah Moro untuk keperluan ekspansi para
kapitalis. Bahkan periode 1903-1913 dihabiskan AS untuk memerangi berbagai
kelompok perlawanan Bangsa Moro. Namun Amerika memandang peperangan tak cukup
efektif meredam perlawanan Bangsa Moro, Amerika akhirnya menerapkan strategi
penjajahan melalui kebijakan pendidikan dan bujukan. Kebijakan ini kemudian
disempurnakan oleh orang-orang Amerika sebagai ciri khas penjajahan mereka.
Kebijakan pendidikan dan bujukan yang diterapkan Amerika terbukti merupakan
strategi yang sangat efektif dalam meredam perlawanan Bangsa Moro. Sebagai
hasilnya, kohesitas politik dan kesatuan diantara masyarakat Muslim mulai
berantakan dan basis budaya mulai diserang oleh norma-norma Barat. Pada
dasarnya kebijakan ini lebih disebabkan keinginan Amerika memasukkan kaum
Muslimin ke dalam arus utama masyarakat Filipina di Utara dan mengasimilasi
kaum Muslim ke dalam tradisi dan kebiasaan orang-orang Kristen. Seiring dengan
berkurangnya kekuasaan politik para Sultan dan berpindahnya kekuasaan secara
bertahap ke Manila, pendekatan ini sedikit demi sedikit mengancam tradisi
kemandirian yang selama ini dipelihara oleh masyarakat Muslim.
Kesimpulan
Jauh
sebelum kedatangan Bangsa Barat, penduduk Filipina sudah memeluk agama Islam.
Agama Islam dapat masuk dan diterima dengan baik oleh kerajaan-kerajaan dan
penduduk setempat setidaknya karena ajaran Islam dapat mengakomodasi berbagai
tradisi yang telah mendarah daging di hati mereka.
Mayoritas penduduk Filipina yang beragama kristen
tidak luput dari konteks historis Filipina pernah menjadi tanah jajahan Spanyol
dan AS. Kemudian kedua bangsa tersebut memberlakukan kristeniasasi kepada
penduduk asli Filipina. Hingga Islam menjadi terancam persebarannya, Islam
menjadi agama minoritas. Meskipun Islam menjadi minoritas, terdapat wilayah
yang yang menjadikan Islam sebagai agama mayoritas yaitu di Filipina bagian
Selatan.Perlu perjuangan untuk menjadikan Islam sebagai agama mayoritas
disana.Banyak Negara yang menjajah negera itu seperti Spanyol dan Amerika,
selain menjajah mereka juga sebagai misionaris yang mempersulit untuk
berkembangnya agama Islam. Dengan perjuangan dan persatuan yang tinggi membuat
Negara Filipina wilayah selatan penduduknya merdeka dari penjajah dan
misionaris. Kolonialisasi di Filipina oleh Amerika Serikat pun
berakhir. Filipina mendapat
kemerdekaannya pada tahun 1946. Bangsa Moro yang minoritas kemudian kurang bisa
mengintegrasikan ke dalam Pemerintahan Filipina.Cenderung terisolir, karena tiga
hingga sepuluh kelompok etnis muslim minoritas di Filipina Selatan dipisahkan
oleh hambatan-hambatan geografis dan linguistic dengan penduduk di Filipina
Tengah dan Utara.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,
Taufik & Sharon Siddique.1988. Tradisi
dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara.Jakarta: LP3ES
Azra,
Ayumardi. 1989. Perspektif Islam di
Asia Tenggara. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
A.Majul, Caesar .Dinamika Islam Filipina .1989. Jakarrta: LP3ES
Hefner,
Robert dan Patricia Horvatich. 2001.Islam
di Era Negara- Bangsa (Politik dan Kebangkitan Agama Muslim di Asia Tenggara). Yogyakarta: PT. Tria Wacana Yogya
M.
Ali, Kettani.2005. Minoritas Muslim Dewasa
Ini .Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Musa,Kustianah.1988.
Geografi Asia Tenggara .
Jakarta: Depdibud
Reid,
Antony.2004. Sejarah Modern Awal Asia
Tenggara. Jakarta,: LP3ES
[1]
Robert Hefner dan Patricia Horvatich, Islam
di Era Negara- Bangsa (Politik dan Kebangkitan Agama Muslim di Asia
Tenggara), Hlm. 57
[2]
Kustianah Musa, Geografi Asia Tenggara (Jakarta: Depdibud, 1988), Hlm.65
[3]
Caesar A. Majul, Dinamika Islam Filipina (Jakarrta:
LP3ES), Hlm. 9
[4] Antony
Reid, Sejarah Modern Awal Asia Tenggara
(Jakarta, Pustaka LP3ES Indonesia, 2004) Hlm. 37
[5]
Sejumlah
literatur menyebutkan, istilah 'Moro' merujuk kepada kata Moor, Mariscor, atau
Muslim. Kata Moor berasal dari istilah latin, Mauri, sebuah istilah yang sering
digunakan orang-orang romawi kuno untuk menyebut penduduk wilayah Aljazair
barat dan Maroko.
[6] Caesar
A. Majul. Loc.Cit
[7]
Taufik Abdullah & Sharon Siddique, Tradisi
dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara (Jakarta: LP3ES,1988), Hlm. 346
[8]
Ayumardi Azra, Perspektif Islam di Asia
Tenggara ( Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1989), Hlm. 9
[9]
Kettani M Ali, Minoritas Muslim di dewasa ini (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2005),
Hlm 195.
[10]
Ibid., hal. 196
agen sabung ayam online dari filipina live streaming
BalasHapushttp://agensabungayam.logdown.com/post/7834261-cara-merawat-ayam-bangkok-aduan-bantat
Link Official Bolavita : http://159.89.197.59/
Telegram : +62812-2222-995
Wechat : Bolavita
WA : +62812-2222-995
Line : cs_bolavita