Tiga
tahun lalu, aku baru menjadi mahasiswa. Tergabung sebagai kaum intelektual, katanya.
Meskipun pada kenyataannya aku hanya seorang biasa yang senang bercengkrama dengan
sesama bukan menjadi aktivis muda yang suka dipuja. Aku lebih suka diskusi meskipun
bicara soal harga terasi daripada berlagak untuk orasi.
***
Di selasar Fakultas Ilmu Sosial UNJ. Aku pertama kali melihatmu, sesosok lelaki sederhana berambut gondrong sebahu, berkacamata, berperingai diam nampaknya tak suka
bercerita. Tidak angkuh. Hanya jarang tertawa. Belakangan baru kuketahui, kita dalam satu jurusan dan program studi yang sama.
***
Di
kelas mata kuliah sejarah Afrika. Kita ditakdirkan untuk satu semester bersama meskipun disaat itu
kita angkatan yang berbeda, aku satu tahun lebih muda dari usia mu yang lebih
tua. Ku lihat di daftar absen mahasiswa ternyata namamu Miftahul Huda. Sorenya,
ku cari namamu di dunia maya. Yang kemudian menjadi tempat kita saling menyapa .
***
Aku
ingat tempat pertama kali aku kencan dengan dirimu. Bukan di ruang tamu. Tapi
di toko buku tempat gudangnya ilmu. Setelah itu kita ngopi tapi bukan karena
dijamu sebagai tamu, tapi di kedai starbucks
aku ditraktir olehmu. Kita mengobrol tanpa jemu. Ternyata aku sadar, aku
suka melihat matamu. Diam-diam aku jatuh cinta padamu.
***
Setelah
pulang kuliah. Hari itu, hari Jumat. Hari yang buat aku semangat. Karena kau
bilang ingin lebih dekat tanpa ada sebuah sekat.
Kau
mengajakku pulang bersama dengan tunggangan kendaraan roda dua. Di Taman
Menteng, kau berucap rindu, aku tak percaya. Menghadiahkanku boneka koala
dengan ucapan cinta yang sekedarnya saja. Ah, nirwana!
***
Selang
beberapa bulan kita menjalin asmara, ternyata dilanda sebuah perkara. Setelah bertemu
di satu acara. Mamamu bilang, dia kurang selera dengan perempuan yang kamu
pelihara. Mungkin mamamu ingin perempuan juara, kalau bisa yang cantik seperti
artis Korea. Setelah kamu bercerita, aku hanya diam tak bersuara. Shock seperti baru masuk penjara.
Oh I See, drama bgt, wkwkwkwkwk
BalasHapusno more drama :)
BalasHapusbiarlah dirimu seperti pelangi. Setia, menunggu hujan reda.. Hehe :p
BalasHapusJiah geril kok malah nyanyik hahaha -_-"
BalasHapussyairnya bagus, angkatan '45 ya?
BalasHapusbukan tapi angkatan balai pustaka :p Hehe hanya suka dengan puisi berirama
BalasHapus