"Dari
mata turun ke hati". Demikian pepatah pamungkas yang paling sering kita
dengar sehari-sehari itu berkata. Meskipun klise, namun ada benarnya juga. Sehingga aku pun menjadi pengikut yang mengamininya. Lantas hal ini merujuk pada
pendapat bahwa kebanyakan orang dapat dipastikan menaruh kagum kepada seseorang
karena melihat parasnya. Ganteng atau cantik. Namun mungkin aku sedikit
berbeda. Aku mengagumi seseorang karena membaca tulisannya. Meski begitu, tapi
toh keduanya sama-sama berawal dari mata bukan? Bagiku siapapun yang berhasil
meletupkan ide kemudian menciptakan sebuah tulisan adalah mereka yang melebihi
dari sekedar ganteng atau cantik. ( Meski ini konteks berbeda). Terlebih mereka
yang memiliki ide atas dasar persamaan emosi, latar belakang dan minat dengan
perempuan yang menggemari sejarah, pendidikan, sastra dan film sepertiku. Karena
melalui tulisan, aku justru dapat melihat keelokan berpikirnya daripada
keelokan fisiknya semata. Bukankah itu lebih asyik?
Ada
dua lelaki yakni: R dan D. Aku betul-betul gemar baca tulisan mereka.
Mereka terbentur pada perbedaan bidang minat yang justru kusukai keduanya. R menaruh minat pada bidang
sejarah. Sedangkan D adalah spesialis bidang sastra dan filsafat. Aku mengagumi
tulisan-tulisan sejarah R melalui artikel online di website majalah sejarah,
maupun artikel di blog pribadinya. Sebagai sejarawan sekaligus jurnalis.
Tentu dia memiliki kecakapan dalam menulis tulisan sejarah . Wawasannya begitu
luas membentang meski diameter otak kita sama-sama bervolume 1.350cc. Berbeda
dengan D, berawal dari ketidaksengajaanku membaca artikel di blog
Indoprogress yang bertema kritik buku sastra. Tulisan D sungguh mempesona.
Hingga sejak itu aku menelusuri tulisan-tulisannya yang lain dan menjadi
pengikut tetap blog pribadinya. Ternyata dia juga penggiat Forum Diskusi Daftar
Putaka, dan tulisannya sering dimuat di berbagai media cetak dan jurnal. Tapi
kuakui keduanya adalah lelaki jenius. Kelihatan bersahaja dan jauh dari kesan
pedantik,snob ataupun pretensius. Mereka cerdas dengan cara yang sederhana
tanpa dibuat-buat. Tetapi pada kesimpulannya, pepatah itu cukup benar. 'Dari mata turun ke hati' bagiku justru mengacu pada setelah membaca tulisan seseorang, lalu menelurkan kekaguman dan kepuasan hati (baca: senang). Tapi yang jelas ini hanyalah sekedar kagum atau
mungkin perasaan obsesifku yang profan dan jauh dari perasaan yang sakral.
Eka Sari Handayani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar